Pertempuran Tuhan
I
Pada mulanya semesta masih hampa
Ketiadaan menyelimuti semesta
raya
Kebijaksanaan melayang-layang di
antaranya
kemudian memampatkan semesta ke
dalam perut-Nya
dan meledak menjadi Kata
Bersama Kebijaksanaan, Kata
melayang-layang
Kebijaksanaan dan Kata meneteskan
Cinta
dan bersama mulai menciptakan
Kala
serta menyembelih Ketiadaan
tubuhnya dikoyak-koyak
dan dijadikan bahan perekat
semesta
Semesta yang telah meledak jadi
puing
mulai dirangkai dan direkatkan
kembali
dengan potongan-potongan
Ketiadaan
dan semesta melahirkan Ada
Kata Cinta Kebijaksanaan
menyentuh Ada
dan Ada pun membelah dirinya menjadi dua:
Langit dan Bumi
Langit melahirkan para dewa dan bintang-bintang
Bumi melahirkan para manusia dan
makhluk lainnya
Kata Cinta Kebijaksanaan
memandang semua baik adanya
memerintahkan Kala memutar roda
semesta raya
lalu memberkati segala yang telah
dicipta
Akan tetapi, ada satu potongan
Ketiadaan
yang menjelma menjadi Kematian
dan selalu menyelinap di antara
celah semesta
siap menelan anak-anak Ada
tak terkecuali manusia juga dewa
II
Telah berjuta masa Kala memutar
roda semesta raya
manusia beranak-pinak dan telah
memenuhi dunia
bahkan terkadang menjalin
hubungan dengan dewa
sehingga melahirkan ras manusia
perkasa
Namun, Kematian selalu berhasil
menelan mereka
memberi mereka penderitaan,
pedih, dan luka
serta ratap tangis yang menyayat
tiada tara
Hidup selalu berakhir menjadi
ketiadaan semata
Para
dewa yang selalu hampir luput dari Kematian
tidak dapat berbuat apa-apa
menolong manusia
sebab mereka pun mengalami
Kematian pula
hanya saja tanpa derita, pedih,
dan luka
Kata Cinta Kebijaksanaan berkenan
bersemayam dalam sanubari para
dewa
itulah mengapa mereka kekal
selamanya
dan hampir luput dari incaran Kematian
Di dalam samadi yang hening
para dewa mendengar ratap tangis
manusia
Namun, hati mereka terkoyak
tak mampu berbuat apa-apa
sebab mereka pun dapat terluka
dan tiada
Beberapa dewa menaruh iba
lalu menghampiri anak-anak
manusia
hingga lahirlah ras manusia
perkasa
yang menjadi panglima menentang Kematian
Hanya saja, mereka menjadi tua
kehilangan daya dan tenaga
lalu tiada
menjadi cerita dan legenda
Hingga pada suatu ketika
Kebijaksanaan bersabda
mengutus para dewa mengajari
manusia jalan Cinta
di dalam hening dan diam
di dalam rasa yang selaras dengan
semesta
karena semesta telah ditelan
Kebijaksanaan
dan dieja menjadi Kata
Para
dewa itu pun turun ke dunia
bukan ras manusia perkasa yang
dicari
sebab mereka adalah pejuang
panglima
melainkan manusia murni anak Bumi
Diajari mereka cara samadi
menyatukan karsa, rasa, raga,
serta hati
dengan denyut Cinta jagad semesta
menyelami Sang Kebijaksanaan
di dalam hening
di dalam diam
tak terperi
Dan, dengan terbata mereka
diajari
bagaimana memeri yang tak terperi
Mengungkapkan Kebijaksanaan
yang mereka selami di dalam Cinta
menjadi untaian-untaian Kata suci
Demikianlah mereka menuliskan
Kata
ke dalam Kitab-kitab Suci
yang menjadi pusaka manusia
untuk bersatu dengan
Kebijaksanaan
dan mampu menghadapi Kematian
tanpa derita, pedih, dan luka
Manusia yang menyelami
Kebijaksanaan
di dalam naungan Cinta dan laras
semesta
adalah para rshi, juga disebut
pula nabi
yang mewahyukan Kata Hyang Ilahi
Mereka adalah para pujangga
Mereka adalah para penyair
Mereka tunjukkan jalan pembebasan
yang mampu melampaui Kematian
III
Jalan pembebasan itu tidaklah
mudah
penuh perjuangan pengosongan diri
dan segenap kerendahan hati
Jalan itu bukanlah jalan yang
egois
walau masing-masing harus
menjalani sendiri
Jalan itu memerlukan rasa
solidaritas
sebagai satu bangsa manusia
yang rentan ditelan Kematian
Jalan itu memerlukan empati dan
simpati
Jalan itu membuka ruang bagi
Cinta
sehingga Kata dapat menjelma
dalam realita
Jalan itu mengharuskan manusia
membuka hati pada Kebijaksanaan
sehingga tercipta Damai di dunia
yang mempersulit ruang gerak
Kematian
IV
Ras manusia perkasa
bangsa campuran dewa dan manusia
yang senantiasa menjadi panglima
dalam perang melawan Kematian
merasa terhina dan tidak terima
Mereka biasa memimpin pertempuran
untuk menghardik sergapan
Kematian
Kini manusia tak lagi memerlukan
sebab telah memiliki jalan
kedamaian
Ras manusia perkasa
memalingkan wajah kepada Kematian
mereka membuat kesepakatan
akan menuhankan Kematian
asal bisa menguasai dunia
Kematian meminta kepada mereka
menumpahkan darah para manusia
sehingga Bumi tergenang lautan
merah
dan bau anyir memenuhi udara
Kematian menghendaki
Ketiadaan bangkit kembali
Maka, Bumi perlu dibajak
dan disuburkan dengan darah
Tatkala Ketiadaan merajai semesta
Ras manusia perkasa boleh
menguasai bumi
menjadi penguasa lima samudera dan tujuh benua
yang memuja selalu kepada
Kematian
Ras manusia perkasa angkat
senjata
memuliakan Kematian sebagai Tuhan
menghunus pedang, membawa godam
dan mulai membantai para manusia
Pilihan bagi para manusia hanya
dua:
memuliakan Kematian sebagai Tuhan
atau mati secara mengenaskan
Jika mereka memilih Kematian
sebagai Tuhan
mereka akan hidup hingga tua, dan
mati usia senja
Namun, jika tetap memilih jalan
Kebijaksanaan
mereka akan mati segera dengan
tubuh tanpa kepala
Di dalam nama Tuhan
manusia harus tunduk
atau mati terkutuk
V
Kematian kembali membawa derita,
pedih, dan luka
menyelimutkannya kepada para
manusia
dengan cara yang lebih memilukan
dan kengerian yang tak terperikan
Kembali manusia berseru kepada
para dewa
Para
dewa pun turun membantu manusia
Terjadilah perang yang dahsyat
Mereka melawan ras manusia
perkasa
yang dipimpin langsung oleh
Kematian
Para
dewa dan manusia menderita kekalahan
Para
dewa sirna, para manusia tiada
Dewa-dewa telah mati
Manusia-manusia binasa
Hanya beberapa yang tersisa
Manusia bersembunyi di gua-gua
mencampakkan Kitab Suci pusaka
para rshi
mencampakkan pula jalan
Kebijaksanaan
Sedang para Dewa kembali ke
Langit
bersembunyi di balik rembulan
ketakutan
Kegentaran kini menjadi julukan
Bumi
sebab hanya merah darah
menggenangi
dan hanya bau anyir udara yang
didapati
Menyaksikan kengerian yang
sedemikian itu
Kebijaksanaan bersabda kepada
para dewa
Namun, para dewa masih dihantui
kengerian
Diselimutkan-Nya Cinta kepada
para dewa
untuk menghangatkan hati mereka
yang kecut
dan membakar kembali gelora
keberanian mereka
VI
Pada mulanya adalah Kata
Kata itu bersama dengan
Kebijaksanaan
Kata itulah Kebijaksanaan
Kata itu kini menjelma menjadi
manusia
Dia mencari setiap manusia yang
ngeri
dan menguatkan setiap hati
Dia susuri gua-gua persembunyian
untuk mengulurkan tangan kepada
mereka
Diresapi-Nya mereka dengan
Kebijaksanaan
Diselimutkan-Nya Cinta kepada
mereka
Para
manusia kembali diangkat-Nya
dan dikobarkan-Nya api keberanian
Para
manusia baru itu keluar dari gua
dipimpin langsung oleh Sang Kata
mulut mereka memekikkan puisi
serta menyerukan doa dan puji
Sang Kata pun menengadah ke
Langit
bersyukur kepada Kebijaksanaan
Serta-merta Langit terbuka
dan para dewa turun kembali ke
dunia
Mereka bersatu menjadi satu
legiun
Dikobarkan oleh gelora api Cinta
Manusia dan dewa bersatu
bersama Sang Kata
kembali mengangkat senjata
melawan Kematian dan ras manusia
perkasa
VII
Pertempuran itu berlangsung
dengan dahsyat
Pertempuran itu berlangsung hari
ini
Pertempuran itu pertempuran zaman
akhir
hingga Sang Kala berhenti memutar
roda semesta
Ketika saat itu tiba, Kematian
akan dikalahkan
dan ras manusia perkasa akan
dibelenggu
Takkan lagi ada Kematian
hanya ada Kehidupan
di dalam Kata Cinta Kebijaksanaan
Sarang
Kalong, 15 Juni 2012
Padmo
“Kalong Gedhe” Adi
Comments
Post a Comment