EMPAT
SAJAK KETIKA MABUK
Aku Tak Bisa
Tidur
Aku tak bisa tidur
di saat seharusnya aku sudah
mendengkur!
Aku tak ingin merusak segala
sesuatu yang sudah
ditata
dengan baik dan sesuai letak.
Keparat! Seharusnya aku tidak
minum.
Kini aku bangun sendiri. Menjaga
mereka yang
lelap
mendengkur kebanyakan minum.
Aku dengan mabuk merangkai puisi
sembari menjaga teman-temanku
dan ditemani segelas air putih
untuk mengundang kembali
kesadaranku.
Oh Freud... Oh Lacan...
akankah aku sadar lagi?
Serigala Malam
Ketika air-air surga menghujan,
para serigala melolong
berlarian
menyalak.
Kini aku sadar.
Entah apa aku akan ingat esok
hari.
Esok? Ini sudah esok!!!
Tidak... tidak... aku akan tenang
menjaga
mereka,
teman-teman yang kucinta.
Liar
Sesekali waktu kubiarkan ketidaksadaranku
merajaiku.
Aku terus berjuang.
Bergulat di antara kesadaran dan
ketidaksadaranku.
Tapi aku harus menjaga
teman-temanku yang mabuk.
Temanku pergi. Pulang
meninggalkan kami.
Kuharap dia baik-baik saja.
Kuharap dia baik-baik saja.
Baru kali ini aku kehilangan
kesadaranku.
Lihatlah... bahkan tulisanku tak
dapat
dibaca.
Tapi aku masih setia bangun.
Menjaga lelap teman-temanku yang
rubuh.
Keparat
adalah kata yang paling puitik.
Masih Harus
Aku masih harus pulang.
Tapi aku mabuk.
Dan kesadaranku, entah ke mana.
Aku hanya bisa memantaunya dari
kejauhan.
Kuharap, teman-temanku baik-baik
saja.
Sementara aku menjaga mereka
sembari memanggil kembali
kesadaranku.
Yogyakarta 27
Januari 2014
Padmo Adi
(@KalongGedhe)
Comments
Post a Comment