ORANG-ORANG BARAT PADA PULAU PARA DEWA

  ORANG-ORANG BARAT PADA PULAU PARA DEWA *kepada Hugo   Lukisan Sri Yesus Kristus bersama dengan Sri Krishna setelah Tuhan mereka bunuh berkali-kali... yang terjadi adalah kemanusiaan yang mati... akhirnya menjelma jadi jiwa yang mengembara di padang belantara... ke selatan, ke utara... ke timur, ke barat... ke sana... entah ke mana... mencoba menemukan Tuhan yang telah tiada   walaupun demikian, itu lebih baik bagi mereka daripada mulut ngaku ikut Sang Lelaki Galilea tapi membela anak ular beludak sampai mati atau mewarnai semua dengan mejikuhibini Ah, Hug, Barat itu arah terbenamnya matahari bacalah Wahyu, semuanya sedang digenapi...   Malang, 07 Oktober 2024 Padmo Adi

Bukan Puisi Esai

Bukan Puisi Esai
*kepada Denny JA, Bajingan!!!

Ini puisi bukan puisi-esai
bukan karena aku tak mau memberi catatan kaki
atau juga karena ini bukan puisi narasi
bahkan bukan karena aku ingin bikin puisi-skripsi
Namun, karena aku belum mau melampaui
apa yang disebut puisi
dan apa yang disebut esai
Sebab, esai bukan semata perkara catatan kaki

Ini adalah puisi
untuk mengutuk-sumpahi
orang yang mengaku
salah satu dari tiga puluh tiga
sastrawan paling berpengaruh
di negeri Indonesia
sejak awal abad kedua puluh

Pengusaha dia
Banyak uangnya
Konsultan politik pula
Aih... kapitalis sempurna


Denny JA,
Bajingan!!!
Kaubuat lima puisi
Puisi esai kaunamai
Belum juga itu dikritisi
juga belum ada satu dekade kini
kautahbiskan diri...
jadi sastrawan paling berpengaruh di negeri ini

Denny JA,
Bajingan!!!
Kaubayar itu sastrawan-satrawan tua
hingga sudi jadi pelacur
yang menjilat kaupunya pantat
Menjual puisi demi uang sepuluh juta
Menjual sastra demi uang yang kaubawa
Kaupikir estetika bisa diukur dari uangmu?
Kaupikir sastra bisa dinilai dari kapitalmu?

Denny JA,
Bajingan!!!
Jikalau ini adalah keniscayaan,
bahwa kauharus dicatat di dalam sejarah sastra
sebagai orang yang paling berpengaruh di dunia sastra,
maka dengarkanlah aku!!!
Aku, Padmo Adi, penyair,
Bapa Langit dan Ibu Bumi saksiku
Kupastikan kauakan dicatat di dalam sejarah sastra
sebagai seorang kapitalis bajingan,
yang membeli estetika dengan uang
dan yang telah mengencingi Sastra Indonesia
Kupastikan kauakan dicatat,
sebagai seorang bajingan yang berpengaruh buruk!!!

Hai anak-cucuku...
dengarkan seruanku!
Denny JA,
Bajingan!!!
Anak-cucuku,
ingat-ingatlah ini!
Denny JA,
Bajingan!!!

Bundaran UGM, 26 Oktober 2014
Padmo Adi

Comments