ORANG-ORANG BARAT PADA PULAU PARA DEWA

  ORANG-ORANG BARAT PADA PULAU PARA DEWA *kepada Hugo   Lukisan Sri Yesus Kristus bersama dengan Sri Krishna setelah Tuhan mereka bunuh berkali-kali... yang terjadi adalah kemanusiaan yang mati... akhirnya menjelma jadi jiwa yang mengembara di padang belantara... ke selatan, ke utara... ke timur, ke barat... ke sana... entah ke mana... mencoba menemukan Tuhan yang telah tiada   walaupun demikian, itu lebih baik bagi mereka daripada mulut ngaku ikut Sang Lelaki Galilea tapi membela anak ular beludak sampai mati atau mewarnai semua dengan mejikuhibini Ah, Hug, Barat itu arah terbenamnya matahari bacalah Wahyu, semuanya sedang digenapi...   Malang, 07 Oktober 2024 Padmo Adi

Orang-orang Kalah


Orang-orang Kalah
*kepada Padma Kuntjara
Mungkin benar katamu,
kita adalah orang-orang kalah.
Kita adalah orang-orang yang gelisah
tetapi takdir membuat kita pasrah.

Idealisakit, katamu.
Aku mulai jarang mendengar jeritanmu
sebagaimana aku pun kini jarang meradang.
Mungkin kita berdua sudah tumpul.
Mungkin kita berdua tidak cukup berani.
Kita ditinggalkan seakan tanpa pilihan.

Orang memang hidup bukan dari roti saja,
melainkan juga dari kata!
Hanya saja, kata tidak pernah mengenyangkan
tetapi semata memberi ketentraman jiwa.
Kita tak pernah punya cukup nyali untuk total di sana!
Kini, kita dapati diri kita membusuk di belakang meja.

Mungkin kaulebih beruntung.
Di atas mejamu, kaumasih bisa bebas membuat rupa.
Sementara aku, di atas mejaku hanya ada excel!
Pelepas dahaga hanyalah ketika menemani darah-darah muda.
Mungkin itu yang bisa membuat aku tetap bermimpi.

Suatu hari nanti kita akan merindukan hidup bohemian,
suatu kemewahan yang tidak bisa dinilai dengan Soekarno-Hatta.
Sebab, di sana kita mereguk pagi yang abadi,
seakan-akan surga telah hadir di bumi.
Kini, kita hanyalah orang kalah.
Mau sampai kapan?
Duapuluh? Tigapuluh tahun lagi?
Sampai kapan?
Beberapa mimpi dengan enggan kukuburkan.
Bapakku, ommu itu, mati belum genap empat lima.

22 Juli 2016
Padmo Adi

Comments