PANCASILA SEBAGAI PHILOSOPHISCHE GRONSLAG (WELTANSCHAUUNG)
-Padmo Adi-
Soekarno secara eksplisit di dalam
pidato 1 Juni 1945 menyebut Pancasila sebagai Philosophische Grondslag, sebab memang Pancasila dirumuskan untuk
menjadi pandangan hidup dasariah atau dasar filosofis dari Negara Indonesia
Merdeka. Di atas fundamen Pancasila inilah didirikan Negara Indonesia “merdeka
dan kekal abadi”. Jerman punya Nazisme, USSR punya Marxisme-Komunisme, Saudi
Arabia punya Islam-wahabisme, Jepang punya Tenno
Koodoo Seishin, Republik Tiongkok punya San
Min Chu I, Indonesia merdeka punya apa? Indonesia punya Pancasila.
Bukan hanya sebagai dasar filosofis
Indonesia Merdeka, Pancasila adalah Dasar Negara:
a.
dasar berdiri dan tegaknya negara
b.
dasar kegiatan penyelenggaraan negara
c.
dasar partisipasi warga negara
d.
dasar pergaulan antara warga negara
e. dasar
dan sumber dari segala sumber hukum nasional
Sebagai Philosophische Grondslag atau Weltanschauung,
Pancasila akhirnya menjadi ideologi nasional Indonesia. Sebagai ideologi,
Pancasila memuat gagasan tentang bagaimana seharusnya Bangsa Indonesia
mengelola kehidupannya. Walaupun demikian, Pancasila bukanlah merupakan suatu
ideologi yang tertutup. Setiap ideologi tertutup selalu bersifat totaliter. Rumusan-rumusan
Pancasila tidak langsung operasional sebagaimana ideologi totaliter, sehingga
Pancasila selalu memerlukan penafsiran ulang sesuai perkembangan zaman.
Soekarno pernah berkata, “Tidak ada satu
Weltanschauung dapat menjadi
kenyataan, menjadi realiteit, jika
tidak ada perjuangan!”
(Floriberta Aning (ed.), 2006, Pidato Soekarno 1 Juni 1945, dalam buku Lahirnya Pancasila, Kumpulan Pidato BPUPKI, Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo, 116, 126-130)
(Bambang
Suteng Sulasmono, 2015, Dasar Negara
Pancasila, Yogyakarta: Kanisius, 68-73)
(Baskara T. Wardaya, SJ., 2009, Bung Karno Menggugat!: Dari Marhaen, CIA,
Pembantaian Massal ’65 hingga G30S, edisi revisi, Yogyakarta: Galangpress, 194)
Comments
Post a Comment