PADMOSOEDARJO, Sang Pejuang dan Pecinta

PADMOSOEDARJO Sang Pejuang dan Pecinta   Padmosoedarjo muda. Foto koleksi pribadi . Padmosoedarjo, atau yang kupanggil Eyang Daryo, adalah Veteran Perang Kemerdekaan Indonesia. Eyang Daryo berjuang di bawah Ignatius Slamet Rijadi, khususnya pada peristiwa Serangan Umum Surakarta. Anak-anak Lurah Atmowirogo. Padmosoedarjo muda adalah dua dari kiri. Foto dokumen pribadi . Dari kiri ke kanan: Siti Nonijah, Hadrianus Denda Surono, Maria Goretti Purwini, dan Padmosoedarjo. Foto dokumen pribadi . Padmosoedarjo adalah seorang pejuang sekaligus pecinta. Ketika Siti Nonijah, istrinya, mengajukan pilihan sulit, pilih tetap jadi tentara atau pilih dirinya, Eyang Daryo lebih memilih istrinya, kekasih hatinya. Kemudian dia menjalani hidup sederhana di Kauman, Surakarta. Di usia senjanya, dia lebih dikenal sebagai tukang pijat bayi. Antara Thanatos dan Eros, jelas dia memilih Eros. Padmosoedarjo bersama salah seorang anak menantunya dan salah seorang cucunya,  Adita Dyah Padmi Noviati. Fot

AWAL DARI KISAH YANG LAIN

AWAL DARI KISAH YANG LAIN

Desain cover oleh Daniela Triani
 

Kata Pengantar

Kisah-kisah Problematika Gender yang Manga-esque

 Buku ini adalah ruang-waktu yang kami ciptakan supaya teman-teman mahasiswa Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, yang terlibat di dalamnya memiliki kesempatan untuk berkarya mengartikulasikan pengalaman dan pemahaman mereka akan gender dan problematika yang ada tentang gender tersebut. Tentu teori-teori gender itu mereka dapatkan di dalam kelas. Dalam kesempatan ini, diharapkan para mahasiswa mampu mem-break down dan mengartikulasikan teori tersebut melalui sebuah kisah (fiksi) yang lebih dekat dengan mereka. Tentu saja pembahasan mengenai gender ini selalu menarik dan selalu terbuka akan berbagai macam kemungkinan. Kisah tentang gender yang dihadirkan oleh teman-teman mahasiswa Sastra Jepang ini sungguh menarik; ada kisah yang menelusuri problematika gender itu di ranah yang paling privat—ketika seseorang mempertanyakan identitas gendernya sendiri, ada yang menelusuri tegangan peranan gender itu pada ranah domestik—ranah keluarga, ada pula yang menelusurinya pada ranah yang lebih general. Ada yang berfokus pada tegangan identitas/peran gender berdasarkan stereotip-stereotip yang ada di tengah masyarakat, ada pula yang mengambil fokus pada tegangan paradigma gender dari sisi konservatif yang dibenturkan dengan paradigma yang lebih progresif. Yang menarik adalah bahwa pada beberapa kisah yang diangkat para mahasiswa ini setting-nya ada pada ranah domestik, ranah keluarga, antara orang tua dan anak.

Hal yang menarik dari kumpulan cerpen ini adalah bahwa ini adalah Sastra Indonesia yang ditulis oleh orang-orang Indonesia yang memiliki latar belakang studi Sastra Jepang! Tentu saja kita bisa berasumsi bahwa para penulis yang terlibat di dalam karya ini lebih banyak dipengaruhi oleh karya-karya sastra Jepang dan karya-karya pop Jepang seperti anime dan manga. Sehingga, jangan heran nanti jika Anda akan mendapatkan gaya penceritaan yang manga-esque! Gaya semacam ini bisa menjadi gaya baru, saya kira, dalam teknik penulisan cerpen. Dan, tentu saja, perlu ada kajian tersendiri, di luar buku ini, untuk membicarakan hal itu. Sejauh apa penceritaan cerpen-cerpen di buku ini benar manga-esque? Atau, jangan-jangan itu perasaan saya saja? Atau, Anda merasakannya pula?

Terlepas dari gaya penulisan tersebut, dari segi teknik penulisan memang karya teman-teman mahasiswa Sastra Jepang ini masih perlu lebih ditingkatkan. Namun, saya sendiri mengapresiasi keberanian mereka untuk mencoba menulis cerpen, bahkan untuk yang pertama kalinya. Segala sesuatu selalu memiliki “pertama kali”, bukan? Dan bagi kebanyakan penulis yang ada di sini, buku ini adalah “pertama kali”. Saya harap, apa yang “pertama kali” ini tidak pernah menjadi “terakhir kali”. Bisa dikatakan, ini adalah tahap-tahap awal proses kreatif mereka sebagai seorang mahasiswa sastra. Senang rasanya bisa terlibat di dalam tahap-tahap awal suatu proses kreatif macam ini. Akhir kata, selamat kepada teman-teman mahasiswa Sastra Jepang yang telah berani mencoba menuliskan kisah-kisah kehidupan ini. Dan, kepada para pembaca, selamat menelusuri kisah-kisah yang ada di sini. Selamat menelusuri tegangan-tegangan identitas dan peran gender, kiranya dapat menemani penelusuran identitas/peran gender masing-masing. Selamat membaca.

Sukoharjo, 16 Juni 2020

Padmo Adi


PARA PENYUNTING

Yohanes Padmo Adi Nugroho, M.Hum., 

Ni Made Savitri Paramita, 

M.A., Winda Ika Tyaningrum, M.A., 

Syalwa Febi Annisa A., 

Ahmad Fikri Ramadhani

 

LAYOUT

Ahmad Fikri Ramadhani

 

GAMBAR COVER

Daniela Triani


PARA PENULIS

Dosen dan Mahasiswa Program Studi Sastra Jepang Kelas Kajian Drama Jepang dan Kajian Budaya Jepang TA 2019/2020:

Padmo “Kalong Gedhe” Adi, Adhitya Reza Yudha Mahendra, Ahmad Caesario, Ahmad Fikri Ramadhani, Aura Afira Ulilazmi, Aurelia Rahmi Maulida, Candi Fakhri Faishol Junaria, Daniela Triani, Firyal Thifali, Gathisa Silvia Gunawan, Ghazi Mawarid Akbar, Ghozi Bagus Rexyan, Komang Dama Gita Indraswari, Lestari Nur Komari, Luttfia Irkah Romiz, Mahatmi Rismartanti, Marita Ari Hartanti, Masita Rozhana Hasifa Setyowati, Melisa Kurnia Putri Riyanto, Mikho Alwy Meylino, Muhammad Aditya Setiadi Putra, Muhammad Bagus Adika, Muhammad Danansyah Lukman, Muhammad Fadhil Utomo, Nada Firdhausi, Nailuvar Izzahara Zannubia, Novi Izmi Damayanti, Nurin Nisfu Laili, Odilia Madhyamadana Dhaneswara, Pricylia Wulanda Alifianti, Putri Azmi Rahmawati, Rafa Nectarinia, Rieke Amalia, Rr Zhafira Wildhania Ekaningrum, Sa Diyatul Ikrimah, Shafira Alisya Putri, Siti Khairunnisa Aminah, Sutan Alif Sani Febriansyah, Syafrial Giandra Arya Suryanegara, Syalwa Febi Annisa Abigail, Wina Arinda, Yayang Itrok, Yoris, dan Zulfa Salsabila


Program Studi Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Brawijaya

Juni 2020


UNDUH DAN BACA BUKU CERPEN INI DI SINI


Comments