ORANG-ORANG BARAT PADA PULAU PARA DEWA

  ORANG-ORANG BARAT PADA PULAU PARA DEWA *kepada Hugo   Lukisan Sri Yesus Kristus bersama dengan Sri Krishna setelah Tuhan mereka bunuh berkali-kali... yang terjadi adalah kemanusiaan yang mati... akhirnya menjelma jadi jiwa yang mengembara di padang belantara... ke selatan, ke utara... ke timur, ke barat... ke sana... entah ke mana... mencoba menemukan Tuhan yang telah tiada   walaupun demikian, itu lebih baik bagi mereka daripada mulut ngaku ikut Sang Lelaki Galilea tapi membela anak ular beludak sampai mati atau mewarnai semua dengan mejikuhibini Ah, Hug, Barat itu arah terbenamnya matahari bacalah Wahyu, semuanya sedang digenapi...   Malang, 07 Oktober 2024 Padmo Adi

Paradoks Eksistensialisme

Paradoks Eksistensialisme

Ketika manusia terbatas, ia justru bebas. Inilah paradoks eksistensialisme. Di dalam keterbatasannya manusia bebas. Ketika Indonesia dijajah Belanda, Indonesia bebas untuk menjadi anjing Belanda atau justru memperjuangkan kemerdekaan. Ketika aku terbatas di Jakarta yang bebas ini, aku bebas. Aku bebas untuk tiduran saja tanpa melakukan apa-apa. Aku bebas membaca. Aku bebas menulis. Aku bebas bercinta. Aku bebas pergi ke Pondok Gede. Atau, aku bebas pulang ke Solo. Jakarta, kota yang bebas ini justru membatasi. Namun, dalam keterbatasan ini aku bebas. Suatu penjara raksasa. Keterbatasan manusia dalam hal ruang, waktu, dan kematian pun sangat memberikannya kebebasan.

Jakarta, 29 Juli 2011
Padmo Adi

Comments