BAYANGKAN SAJA
1. Bayangkan,
kauhidup dikelilingi tembok setinggi 8 meter. Di balik tembok itu ada dunia
yang penuh warna dan kaya... memesona, tetapi sama sekali tak ramah padamu.
Namun, untuk keluar dan masuk rumahmu, yaitu melewati tembok 8 meter tersebut,
kauharus diperiksa oleh tentara... bahkan antri dengan saudara-saudaramu yang
lain. Padahal, suplai kebutuhan pokok hanya ada di sebalik tembok itu! Bisa
jadi kaubekerja pada suatu tempat yang terletak di balik tembok itu. Ketika
kaucoba untuk melawan, kauluncurkan RPG, tembok itu ternyata memiliki sistem
pertahanan untuk menghancurkan RPG-mu itu. Lalu, dengan putus asa kaulemparkan
molotov... kaupun diberondong bak anjing kudisan. Bayangkan... .
Atau... coba
bayangkan ini... sedikit surealis... mmm... coba bayangkan bahwa duniamu
sekarang ini ternyata tidak tak terbatas, tetapi dibatasi oleh tembok yang
sangat tinggi menjulang ke langit... dan di sebalik tembok itu hanya ada
kehampaan dan kematian... .
Atau, mungkin
kaubermain Mobbles. Bayangkan kauharus menangkap monster yang berada di sebalik
tembok semacam itu. Akankah kaurela sekadar antri berdesak-desakan melewati
tembok itu untuk menangkap monster itu, lalu kepada tentara yang memeriksamu
kaukatakan bahwa kautengah berburu monster sembari menunjukkan Radar Mobbles?
Atau, apakah 'kau justru memilih untuk memanjat tembok laknat itu... walaupun
mungkin sebuah peluru akan menghujam kepalamu?
Atau... ini
sederhana... bayangkan kauhidup dikurung di dalam tembok tak berpintu dan
jendela. Bayangkan saja.
2. Bayangkan kauhidup
di daerah pegunungan kapur. Di sana kering kerontang tak ada air, kecuali air
tanah yang mengalir dan sesekali merembes di sana sini. Dengan air itulah engkau
membasahi tumbuh-tumbuhanmu, juga kerongkonganmu serta kerongkongan ternakmu
yang tak seberapa banyak itu. Kemudian, dengan alasan percepatan pertumbuhan
ekonomi negara, perusahaan tambang plat merah mulai membangun tambang semen di
dekat desamu. Engkau dan tetangga-tetanggamu tak pernah diberi tahu soal AMDAL,
tapi yang kautahu, pabrik itu akan merusak sungai bawah tanah, yang dengannya
kaubertahan hidup. Gubernurmu, yang sewaktu kampanye berkoar-koar soal keberpihakannya
terhadap petani-nelayan, tidak berbuat bahkan tidak berbicara banyak soal hal
itu. Mungkin dia pura-pura tidak tahu. Lalu, ibu-ibu di desamu, juga ibumu, sepakat
untuk melakukan aksi, memblokade akses masuk ke lokasi tambang. Namun, kemudian
para preman sewaan, tentara, dan polisi berdatangan, menginjak-injak, bahkan
melempar serta membanting ibu-ibu itu, juga ibumu. Bayangkan saja.
3. Bayangkan
kauadalah seorang petani. Kaupunya sawah yang cukup untuk menghidupimu
sekeluarga. Turun temurun kautelah hidup dan bertani di sana; bapakmu petani,
kakekmu petani, bapak kakekmu petani, kakek kakekmu petani, bapak dari kakek
kakekmu pun petani. Jika saatnya tiba, kauselalu taat membayar pajak kepada
negara. Bahkan, kaupunya surat sertifikat tanah. Akan tetapi, pada suatu hari
yang tak pernah kaulamunkan dan impikan, sebuah perusahaan perumahan datang. Dia
bilang itu tanah adalah tanahnya. Engkau pun ditantang ke pengadilan. Kausetuju
dengan harapan akan memperoleh keadilan. Namun, celaka, pengadilan yang korup
dan tak berhati nurani itu memenangkan perusahaan perumahan itu. Engkau pun
diultimatum untuk segera meninggalkan tanah itu sesegera mungkin. Tentu
kaumenolak. Siapa yang sudi meninggalkan tanah moyangnya dengan tak adil macam
itu? Kaubersikukuh. Akan tetapi, sepasukan polisi, lengkap dengan helm, sepatu lars,
pentungan, perisai, dan water-canon, yang dibeli dari uang pajak yang
kaubayarkan, datang mengganyangmu serta mengusirmu. Bayangkan saja.
4. Bayangkan
kauhidup di sebuah kesultanan. Kesultanan itu sebenarnya sempit dan geliat
kehidupannya terpusat di ibu kota, sedangkan kautinggal di pinggiran kesultanan
itu, di daerah yang gersang, berpasir, dan hampir mustahil ditumbuhi tanaman.
Ya, bayangkan kautinggal di pantai pesisir sebuah kesultanan. Akan tetapi,
engkau bersama-sama dengan kawan-kawanmu berhasil menyulap tanah berpasir itu
menjadi perkebunan buah yang melimpah. Kalian bisa hidup sejahtera tanpa harus
menetek kepada pusat kesultanan. Namun, sang sultan pada suatu hari menghendaki
tanahmu. Beliau hendak membangun bandara, pelabuhan, dan pertambangan di sana. Bersama
kawan-kawan engkau menolak. Sang sultan berang. Beliau mengutus para preman
untuk berbuat onar di tempatmu. Engkau pun dikriminalisasi karena dengan berani
mengorganisasi kawan-kawanmu untuk melawan sang sultan. Engkau ditangkap,
dijerat tuduhan palsu, dan kini dipenjara. Bayangkan saja.
16 Juli 2014
Kalong Gedhe
Comments
Post a Comment