ORANG-ORANG BARAT PADA PULAU PARA DEWA

  ORANG-ORANG BARAT PADA PULAU PARA DEWA *kepada Hugo   Lukisan Sri Yesus Kristus bersama dengan Sri Krishna setelah Tuhan mereka bunuh berkali-kali... yang terjadi adalah kemanusiaan yang mati... akhirnya menjelma jadi jiwa yang mengembara di padang belantara... ke selatan, ke utara... ke timur, ke barat... ke sana... entah ke mana... mencoba menemukan Tuhan yang telah tiada   walaupun demikian, itu lebih baik bagi mereka daripada mulut ngaku ikut Sang Lelaki Galilea tapi membela anak ular beludak sampai mati atau mewarnai semua dengan mejikuhibini Ah, Hug, Barat itu arah terbenamnya matahari bacalah Wahyu, semuanya sedang digenapi...   Malang, 07 Oktober 2024 Padmo Adi

Puisi Sang Temanten

Puisi Sang Temanten

Ka, mungkinkah kita pernah bertemu pada kehidupan sebelumnya?
Sejak pertama kali bertemu denganmu di Tawangmangu itu,
aku merasa sudah mengenalmu. Gadis impiankukah engkau?
Dan, kusebut namamu, Kartika Indah Prativi, perempuan bersahaja.

Setelah kutinggalkan hidup pertapaanku, kita bertemu kembali.
Saat itu, aku menyadari bahwa engkaulah perempuan yang kucari.
Ingatkah ‘kau, Lapangan Pancasila Salatiga menjadi saksi cinta kita?
Di hadapan Bapa Langit dan Ibu Bumi kita ikrarkan janji kasih setia.

Jarak yang terbentang,
Sala - Salatiga...
Jogja - Jakarta...
tak mampu menghalangi gelombang gelora asmara yang menderu.
Enam kali bumi mengitari matahari, cinta kita telah ditempa hingga murni.


Shot by Arie Pigie, at Alas Bromo Karanganyar, Jateng

Namun, kita belum apa-apa, Ka. Hidup yang sebenarnya baru saja kita jalani.
Tepat pada hari ini kita kembali mengikrarkan janji kasih setia.
Kali ini, kita ucapkan itu di hadapan Allah Bapa di Surga dan umat manusia di dunia.
Mencintaimu, Ka, merupakan sebuah panggilan hidup yang hendak kujalani.

Rahmat kasih Allah melimpah, tercurah kepada kita hari ini
dan semua yang menyaksikannya turut serta bersorak bahagia.
Kita menghayati suatu misteri, sakramen suci, cinta manusia.
Maka, kemarilah, Kasihku. Bergiranglah seperti Hujan Bulan Februari

Pada bulan ini segenap makhluk memadu cinta
merayakan hidup penuh harapan baru di musim semi.
Sebab, di mana cinta dirayakan dengan gegap gempita
di situlah kehidupan dan harapan takkan pernah mati.

Dan, kita pun bersatu tubuh. Jiwa kita berselaras.
Tuhan Allah sendiri yang telah menyatukan.
Sehingga, memaknai teladan Sang Anak Domba
dengan berani kuserukan padamu...
Ka...
Inilah tubuhku yang diserahkan bagimu!
Inilah darahku yang dicurahkan bagimu!


Surakarta, 01 Februari 2016 
Padmo Adi

Comments