MOBBLES*
02
Petualangan
Itu Pun Dimulai
*Mobbles
merupakan produk dari mobbles.corp (www.mobbles.com). Karya ini semata hanyalah funart belaka, tidak ada keuntungan finansial yang kami peroleh. Segala hak
yang berkenaan dengan Mobbles
merupakan milik mobbles.corp.
Cerita oleh Padmo Adi
seri 02 - Serangan Anak Pantai
“Di sini kamu rupanya...” kata Kris kepada Albert, “Ngalamunin apa, Mblo?”
“Woe... . Eh, kamu Kris. Enggak.”
“Kopi item
satu, Ak...” Kris memesan kepada aak burjo.
“Pakai gula, nggak?”
tanya aak burjo itu.
“Dikit aja.”
“Kamu nggak
makan?” tanya Albert.
“Ntar aja.
Kamu kenapa, Bert?”
“Gummy... .”
“Masih galau karena kalah kemarin?”
“Aku tidak menyesali kekalahanku. Aku hanya
menyesali kebodohanku, memaksa Gummy bertarung sampai seperti itu. Aku merasa,
aku telah gagal menjadi trainer yang
baik.”
“Wajarlah... itu pertandingan final. Kamu sudah
berhasil menyamakan kedudukan setelah pada babak pertama kalah. Itu perjuangan.
Dan, kadang perjuangan butuh pengorbanan, ‘kan?”
“Ya... . Tapi aku merasa hasil yang akan kudapatkan,
seandainya berhasil, tidak setimpal dengan pengorbanan Gummy.”
“Tidak setimpal bagaimana maksudmu?”
“Kopinya, Ak...” kata aak burjo kepada Kris sembari
menyodorkan segelas kecil kopi hitam.
“Makasih,
Ak...” kata Kris.
“Ya, tidak setimpal,” kata Albert.
“Tournament nasional, Bro! Siapapun wakil daerah
yang lolos mengikuti turnamen dua tahun sekali itu, berkesempatan untuk
menjajal kemampuan para mobbles-trainer terbaik dari seluruh daerah di
Indonesia, bahkan memiliki kans untuk lolos ke pertandingan internasional!
Tidak setimpal bagaimana maksudmu?”
“Ternyata aku masih egois... . Aku hanya memikirkan
ambisiku untuk pergi ke Jakarta, tanpa mempedulikan keselamatan Gummy, yang
selama ini telah menemaniku.”
“Sepertinya kamu kurang piknik, Mblo... .”
“Heh... berhenti memanggilku ‘jomblo’!”
“Huahahahaha... makanya buruan cari pacar. Emangnya kamu selibat? Sudah, ayo ikut
aku piknik. Siapa tahu kamu dapat pacar.”
“Kapan kita piknik ke mana?”
“Besok. Kita ke pantai.”
“Parang Tritis? Bosan!”
“Bukan.”
“Aku juga sudah bosan ke pantai-pantai di Gunung
Kidul. Sudah terlalu ngepop.”
“Bukan.”
“Lalu?”
“Pantai di Wonogiri!”
“Kamu bercanda?! Sejak kapan Wonogiri memiliki
pantai?”
“Huft... . Dasar kurang piknik! Buka petamu. Lihat
di sana. Sudah, besok kujemput. Siapkan mobble-mobblemu, sekalian kita berburu.”
“Gummyku masih dalam masa perawatan... .”
“Mobblemu bukan cuma Gummy, ‘kan, Noob?”
|
Molotov Krinker |
***
Keesokan harinya, Albert dan Kris pergi ke pantai
Nampu, Wonogiri. Mereka berangkat beriringan naik sepeda motor. Mereka
berkendara melewati hutan-hutan Gunung Kidul dan sawah-ladang yang luas. Sejuk
hawa pagi dan hangat sinar mentari menyemangati hidup mereka. Sepertinya Albert
sedikit bisa melupakan kegalauannya. Begitu sampai di perbatasan Jogja-Jawa
Tengah, aspal mulai rusak. Akan tetapi, hal itu hanyalah rintangan sepele bagi
dua pemuda itu. Kris begitu bersemangat “berburu” di pantai Nampu, sementara
Albert masih menyimpan rasa penasaran, benarkah di Wonogiri ada pantai.
Jalan menuju pantai Nampu sempit, rusak, dan
berpasir. Roda belakang Kris hampir saja selip terpeleset pasir, untunglah dia
masih bisa menguasai. Beberapa waktu kemudian, aroma laut mulai tercium.
Pantai... . Pantai Nampu adalah pantai yang terletak di bawah tebing curam.
Tebing-tebing tinggi mengelilingi pantai itu. Cukup luas, dan cukup sepi.
Sesampainya di sana, Albert dan Kris segera memarkir
sepeda motor mereka. Lalu, mereka berjalan menuruni tebing itu untuk menuju ke
pantai.
“Surga yang tersembunyi!” kata Albert
terkagum-kagum, “Masih perawankah?”
“Sudah banyak yang berkunjung, hanya tidak seramai
pantai-pantai di Jogja. Palingan
beberapa akamsi yang pacaran atau
perguruan-perguruan silat yang berlatih. Pada saat bulan purnama, katanya, ada
perguruan silat yang berlatih di sini. Entah benar atau tidak. Sebab, kalau itu
bulan purnama, aku hanya risau satu hal... .”
“Ya, kaurisau soal Nox, ‘kan?”
“Hahahahahahahahaha... . Aku belum pernah melihat
mobble malam yang satu itu. Aku ingin menangkapnya.”
“Lain kali kutemani kauberburu Nox. Eh,
omong-omong... kita lihat di Radar Mobble ada apa.”
Albert segera membuka Radar Mobblenya. Seketika mata
Albert membelalak. Ada mobble yang mendekat dengan cepat ke arah mereka
berdiri. 200 meter... 195 meter... 190 meter... .
“Ada mobble mendekat. Dia berlari,” kata Albert
kepada Kris.
“Kita tangkap?”
“Kita tangkap! Tapi Gummy masih belum prima.”
“Kamu tidak ada mobble selain Gummy?”
“Tuck... . Tapi sepertinya levelnya tidak seimbang.”
“Level berapa mobble itu?”
“Limabelas. Tuckku baru tujuh.”
“Biar Krinkerku yang menghajarnya!”
Seekor mobble berwarna biru tua hampir ungu dengan
cula tunggal di kepala berlari mendekat ke arah mereka. Tidak... mobble itu
tidak berlari, dia melompat sejauh lima meter sembari berputar dengan
kencang... seolah-olah seperti torpedo yang dilesatkan.
“Korny,” kata Albert lirih.
“Horny?”
“Korny,” kata Albert sedikit lebih keras.
Ketika mobble yang disebut Korny itu tinggal
berjarak 45 meter dari Albert dan Kris, Kris segera beraksi. Dikeluarkannya
apk-mobble miliknya.
“KRINKER, KELUARLAH!!!” teriak Kris.
Krinker melompat dari apk-mobble, siap bertarung. 30
meter... . Krinker melepaskan beberapa molotov. Ledakan molotov itu membuat
Korny melambat... lalu menghujam pasir 15 meter di depan mereka.
Korny bangkit. Dia melompat tinggi di udara. Krinker
melihat manuver Korny itu, makhluk itu terkekeh. Segera Krinker melempar
beberapa molotov ke arah Korny yang tengah melompat tinggi di udara itu.
Lemparan molotov Krinker tidak cukup tinggi untuk sekadar mendekati tubuh
Korny. Molotov itu meledak begitu saja di udara, sementara Korny masih melesat
tinggi.
|
Korny's Rocket Jump |
“Albert, kita
menyingkir. Mungkin baik kausiapkan juga Tuckmu. Sepertinya Korny ini akan
susah dijinakkan,” kata Kris
“Sepertinya mobble itu panik.”
“Panik?”
“Seakan dia ketakutan. Lari dari sesuatu.”
Pada titik tertinggi lompatannya, tubuh Korny
menyungsang. Diarahkannya cula biru tuanya itu kepada Krinker. Memanfaatkan
gaya gravitasi, Korny melesat tepat ke arah Krinker sembari berputar dengan
kencang. Suara putarannya itu membuat udara di sekitar bergetar dan menimbulkan
bunyi berdesing yang memekakkan telinga.
Krinker sudah siaga. Dia melempar sebuah molotov.
Lemparannya itu tepat mengenai cula Korny. Meledak! Tetapi, sepertinya hantaman
dan ledakan molotov itu tidak menimbulkan efek yang berarti bagi Korny yang
terus berputar dan berdesing itu. Sepersekian detik kemudian, Korny menghantam
Krinker. Krinker terpental, lalu menghujam pasir dengan keras. Bukannya
berteriak kesakitan, Krinker malah terkekeh. Sementara itu, Korny
terengah-engah.
“Krinkermu tidak akan apa-apa?” kata Albert.
“Dia tidak akan apa-apa. Tapi sebaiknya Tuck kamu
siapkan untuk memberi pukulan terakhir.”
“Baiklah!”
Krinker segera bangkit. Tidak ada luka yang berarti.
Kali ini Krinker sepertinya hendak meladeni jurus-jurus Korny dalam jarak
dekat. Krinker mengeluarkan sabitnya. Terkekeh, dia menerkam Korny. Korny
kembali melesat menyambut Krinker. Korny begitu membabi-buta, sebab ketakutan
melanda hatinya. Melawan dan bebas, atau menyerah dan tertangkap. Korny
sepertinya telah lolos dari mulut singa, kini berhadap-hadapan dengan mulut
buaya. Sementara, singa itu masih mengejar di kejauhan.
Serangan cula korni ditahan sabit Krinker. Mereka
beradu kekuatan. Korny mengerang, sementara Krinker masih terkekeh. Dengan
cerdik, Krinker melepaskan satu tangan dari gagang sabitnya, mengambil molotov.
Alih-alih melemparkan molotov itu, Krinker justru menghantamkannya pada muka
Korny.
Blaaaarrrrrr....... . Terjadi ledakan. Korny
terpental. Sementara Krinker masih diam di tempat. Tubuhnya bisa menoleransi
panas ledakan. Rambut Krinker semakin menyala, seperti api yang berkobar-kobar.
Itu pertanda Krinker sedang dalam semangat tempur. Di sisi lain, tubuh Korny
yang terpental dan menghujam pasir itu juga menciptakan debu. Korny masih bisa
berdiri. Krinker terkekeh melihat mangsanya masih bisa bertahan. Krinker segera
menerjang. Diayunkan sabitnya, hendak menghajar Korny. Akan tetapi, belum juga
dia cukup dekat dengan Korny, sebuah benda mirip baling-baling melesat. Krinker
siaga. Ditangkisnya baling-baling itu dengan sabitnya. Pertahanan Krinker
lengah. Korny melompat dan berputar. Cula Korny tepat mengenai dada Krinker.
Krinker mundur beberapa langkah, lalu ambruk ke belakang... terkekeh.
“Celaka! Albert, sekarang!” kata Kris.
“Tuck, BULLS EYE!”
|
Tuck's Bullseye |
Tuck mengambil pistol gandanya, menembakan
masing-masing satu peluru. Tepat kena cula dan pelipis Korny. Namun, sepertinya
karena level Tuck yang masih di bawah Korny, peluru itu hanya seperti gelitik saja.
Korny berpaling ke arah Tuck dengan amarah.
“Susah sekali menangkap dan menjinakkan mobble level
15 ke atas itu!” kata Albert.
“Lebih mudah merawatnya dari level 1 memang... .”
Korny yang marah itu hendak menerjang Tuck sewaktu
Krinker bangkit dan melepaskan langsung lima molotov.
“UKULELE SPLASH!!!!!”
Teriakan yang diikuti gelombang kejut itu
menghenyakkan Albert dan Kris. Gelombang kejut itu menghantam molotov-molotov
Krinker dan meledak.
“O... jadi begitu kelakuan mobble-trainer kota?
Mengeroyok mobble liar? Tak tahu malu!”
Kalimat itu membuat Albert dan Kris lebih terkejut
lagi. Suara orang itu juga membuat Korny kehilangan amarah, dan rasa gentar
kembali terbit dalam dirinya. Melihat ada kesempatan kecil, Korny melesat,
melarikan diri.
“Krinker, kejar!”
“UKULELE SPLASH!” gelombang kejut itu menghalangi
jalan Krinker.
“Biarkan dia lari!”
“Siapa kamu mengganggu perburuan kami?” kata Kris.
“Perburuan kalian? Kalianlah yang mengganggu
perburuanku! Korny itu lari setelah hampir dihajar oleh Sploonku. Aku
mengejarnya ke mari. Tak kusangka Korny melesat begitu cepat. Dan, tak kuduga
aku bertemu kalian, mobble-trainer asal kota yang hanya berani main keroyok!”
“Siapa kamu berani menghakimi cara kami berburu?”
tanya Albert.
“Perkenalkan, aku Sugeng, mobble-trainer dari
Wonogiri.”
“Akamsi... .” bisik Kris.
“Apa kaubilang?”
“Ah... tidak... .”
“Awalnya aku berniat untuk menyelesaikan buruanku.
Namun, menyaksikan Korny justru dikeroyok oleh kalian, aku berubah pikiran. Aku
akan membiarkan Korny lepas. Namun, memberi kalian, orang kota, pelajaran etika
berburu sepertinya lebih menarik.”
“Aku bukan orang kota! Asalku dari perbukitan
Menoreh! Orang-orang menjulukiku Bara Api dari Bukit Menoreh! Namaku Kris. Dan,
aku akan meladenimu.”
“Perkenalkan, aku Albert, mobble-trainer dari
Jogja.”
“Menarik... . Baiklah. Majulah, SPLOON!!!”
“KRINKER!!! SERANG!!!”
|
Sploon's Ukulele Splash |
bersambung...
Comments
Post a Comment