MAKNA CINTA DI KALA CORONA
Dalam
pandanganku, perkawinan itu selain sakramental juga sekaligus ekaristis.
Sebagaimana Yesus memberikan Tubuh-Darah-Nya bagi sahabat-sahabat-Nya, demikian
pulalah suami memberikan tubuh-darahnya bagi istri, dan istri memberikan
tubuh-darahnya bagi suami. “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih
seseorang yang menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Suami-istri itu
adalah sepasang sahabat seperjalanan, walau membentang jarak memisahkan.
|
Konsekrasi Tubuh Kristus di dalam Doa Syukur Agung; mengenang sekaligus menghadirkan peristiwa ekaristi, kurban Kristus. Foto dokumentasi pribadi R.P. Alexander Koko, S.J. |
Kamis
Putih selalu menjadi peringatan akan peristiwa cinta yang agung itu. Namun,
Kamis Putih kali ini berbeda dengan Kamis Putih tahun-tahun yang silam. Kita
benar-benar ditarik ke dasar eksistensi kita, kesendirian kita. Sama seperti
Yesus yang berdoa sendiri di Getsemani—sahabat-sahabat-Nya terlelap agak jauh
dari tempat-Nya berdoa—sementara maut mengintai, mengaum-aum bagai singa,
menuntut nyawa-Nya; demikian pulalah kita, aku dan kamu, sendiri di tempat kita
masing-masing, sementara maut—yang bernama Covid-19 itu—secara senyap mengancam
nyawa siapa saja yang lengah dan rentan di luar sana. Saat inilah saat yang
tepat untuk kita berdoa bersama Yesus, “Ya Bapa, jika sekiranya mungkin,
biarlah cawan ini berlalu daripadaku. Namun, bukan kehendakku yang jadi,
melainkan kehendak-Mu.”
Kepada
Tuhan kita mengharapkan pertolongan, “... [T]etapi bebaskanlah kami dari yang
jahat. Amin.” Juga, terutama pertolongan di saat solitude kita ini. Kiranya Tuhan memberi kita kekuatan untuk
menghadapi kesendirian ini. Rindu dan harapan memang telah menggebu. Doa-doa
membubung ke angkasa, juga ter-streaming
lewat sosial-media. Namun, pada Kamis Putih tahun ini, mengisolasi diri berarti
adalah pengorbanan kasih yang terbesar; menarik diri adalah sebuah pemberian
diri oleh karena kasih itu. Nilainya sama dengan para tenaga medis yang
berjuang hidup-mati di garis depan menyelamatkan nyawa!
Ini
adalah cinta di kala corona. Pada masa ini, antara cinta dan egoisme menjadi
abu-abu. Apakah dengan menarik diri itu kita jadi egois, ataukah itu cinta?
Dengan nekat mudik menemui kekasih yang tersayang itu wujud cinta, atau egoisme
belaka? Yang jelas, pada masa wabah ini, menahan diri untuk tidak berjumpa
adalah pengorbanan terbesar bagi sahabat-sahabat.
Pada
Kamis Putih dua milenia yang lalu itu Yesus memasuki kegelapan kesendirian-Nya,
memecah Tubuh-Darah-Nya, hingga berhadap-hadapan dengan Maut, demi keselamatan
dan hidup sahabat-sahabat-Nya. Maka, Kamis Putih tahun ini, hendaklah kita
berteguh hati memasuki kegelapan kesendirian kita masing-masing, walaupun itu
berarti menjadi kagol dan ambyar,
demi keselamatan dan hidup orang-orang yang kita cintai.
|
Sakramen Perkawinan, sebuah perayaan cinta. Perkawinan adalah lambang persatuan antara Allah dan Gereja-Nya, di dalam mitologi Perkawinan Sang Anak Domba (Sang Mempelai). Sebagaimana Kristus telah menyerahkan Diri-Nya bagi Gereja-Nya, demikianlah suami menyerahkan dirinya kepada istrinya dan istri menyerahkan dirinya kepada suaminya. Foto oleh FRYD Homestudio. |
Selamat
mendalami misteri cinta dan pengorbanan, Kamis Putih.
Malang,
9 April 2020
Padmo
Adi
Comments
Post a Comment