KEPADA TANAH
AIR INI ADA CINTA YANG TIDAK SEDERHANA
Nasionalismeku lebih daripada kegiatan baris-berbaris.
Nasionalismeku ada pada tiap puisiku baris demi baris.
Nasionalismeku bukan nasionalisme angkat senjata.
Nasionalismeku adalah nasionalisme angkat pena.
Nasionalismeku adalah baktiku pada Sastra Indonesia.
Nasionalismeku adalah persembahan diriku pada tunas-tunas muda.
Merdeka raganya, merdeka jiwanya.
Merdeka perutnya, merdeka pikirnya.
Merdeka karyanya, merdeka sembahyangnya.
Satu hal yang aku yakini dengan sepenuh hati:
Menjadi Jawa adalah gerak menjadi Indonesia,
tapi menjadi Indonesia janganlah jadi gerak men-Jawa.
Menjadi Katolik adalah gerak menjadi Indonesia,
namun, menjadi Indonesia adalah dinamika mem-bhinneka.
Artikulasi meng-Indonesia ini tidak selesai pada 17 Agustus tujuh puluh
lima tahun lalu.
Artikulasi meng-Indonesia ini adalah aktus di sini dan kini.
Pada sahabatku yang biru itu aku menyaksikan manifestasi nasionalisme yang
penuh cinta:
dia menanam sayurnya sendiri pada paralon cuma-cuma di depan rumah tumpukan
bata.
Jangan ragukan nasionalisme orang-orang macam ini.
Rasa cintanya terhadap tanah-air ini semurni rasa cintanya pada kemanusiaan
itu sendiri,
seperti kata Bung Besar pada pidato 1 Juni.
Dua orang jurnalis berkendara mengelilingi Indonesia mendokumentasikan
realitas manusianya adalah gerak nasionalisme. Seorang sastrawan pulang ke
negeri ini walau nikmat hidupnya di Negeri Kiwi adalah gerak nasionalisme. Para
petani tembakau di Temanggung setia merajangi daun tembakau, itu adalah gerak
nasionalisme. Seorang pengacara menjadi buangan karena membela hak asasi
manusia justru adalah gerak nasionalisme. Para tenaga kesehatan berhadap-hadapan
dengan wabah covid-sembilan belas yang mematikan adalah gerak nasionalisme.
Seorang juragan martabak mencalonkan diri sebagai walikota, apakah itu juga
gerak nasionalisme?
Semua orang bisa bilang “Aku cinta Indonesia,”
tapi berapa orang yang bisa menjawab petanda apa di balik penanda
“Indonesia”?
Setiap orang bisa bilang, “Aku rela mati demi tanah-air ini,”
tapi berapa orang yang dapat dengan jitu memaknai frasa “tanah air” ini?
Semua orang bisa teriak “MERDEKA!!!”
semoga orang di Nabire sana pun dapat meneriakkannya dengan lega.
Malang, 17 Agustus 2020
kalonggedhe
Comments
Post a Comment